Jumat, 24 Februari 2017

Esai tentang Drama



Drama Sebagai Media Cerdas Penyampai Aspirasi Masyarakat Modern

Drama menurut etimologi merupakan bahasa Yunani (draomai) yang berarti berbuat, bertindak. Secara definitif, drama diartikan sebagai suatu karya sastra tulis, yang berbentuk dialog-dialog dan dengan maksud untuk dipertunjukkan melalui pementasan oleh aktor. Drama sendiri memiliki beberapa jenis dalam penyajian kisah, yaitu drama komedi, drama tragedi, drama tragedi komedi, opera, melo drama, farce, tablo, dan sendra tari.
Dalam perjalannya drama mengalami berbagai pergeseran peran. Drama memang sudah sangat lama sekali berkembang di masyarakat. Di Yunani pada abad kelima sebelum masehi, dahulu drama digunakan sebagai upacara persembahan untuk dewa-dewa. Tak hanya di Yunani, di Indonesia pun dahulu menggunakan drama sebagai bagian dari upacara-upacara adat untuk memberikan persembahan kepada nenek moyang pada abad-abad jaman Hindu-Budha. Bergeser pada jaman Islam, ternyata seni pertunjukan tidak terganggu eksistensinya oleh kedatangan Islam di Tanah Air. Seni pertunjukan malah menjadi sarana, untuk mengumpulkan massa dan menyampaikan dakwah-dakwah keislaman. Kemudian pada jaman penjajahan, atau jaman kemerdekaan, dari perannya sebagai media penyampaian dakwah, menjadi media untuk propaganda masyarakat dalam melakukan pergerakan-pergerakan perlawanan kepada penjajah. Lalu pada masa sesudah kemerdekaan hingga sekarang, seni pertunjukan khususnya drama sudah banyak mengalami perubahan fungsi, yang dahulunya merupakan sarana untuk persembahan kepada dewa-dewa, kemudian media dakwah keislaman, dan propaganda, sekarang pada era globalisasi sudah sangat bebas dalam menggunakan fungsi dari seni pertunjukan, khususnya drama itu sendiri.
Dari pergeseran-pergeseran fungsi drama, sangatlah menarik jika drama dimanfaatkan sebagai media yang cerdas untuk menyampaikan aspirasi di jaman yang modern ini. Telah kita ketahui, akhir-akhir ini banyak aksi-aksi masyarakat yang turun ke jalanan, pawai, demi untuk menunjukkan rasa ketidak puasan mereka dengan keadaan yang mereka terima dari pemerintah. Dari berbagai usia, dan dari berbagai kalangan masyarakat, ada yang dari elemen buruh, organisasi masyarakat, mahasiswa, dan dari elemen-elemen yang lain. Mereka memandang bahwa cara dengan cara mengumpulkan massa yang banyak akan lebih efektif dan lebih cepat didengar oleh pemerintah. Saya berpandangan bahwa cara yang dilakukan tersebut memanglah kuno, saya berpikir, untuk mengkritisi pemerintah atau mengeluarkan sebuah unek-unek yang menunjukkan kritik-kritik kepada pemerintah, tidak harus mengumpulkan massa yang begitu banyaknya hingga menimbulkan masalah lain, tidak perlu repot-repot turun ke jalan, menahan terik matahari dan dinginnya hujan. Cara tersebut adalah dengan berdrama. Bukan hanya menunjukkan secuil aksi teatrikal yang dapat diartikan tak ada fungsi dan nilai seninya (menurut subjektifitas saya) pada saat berunjuk rasa, akan tetapi sesuatu yang benar-benar teatrikal, dikonsep sedemikian rupa hingga terbentuk suatu ide pertunjukan dimana substansinya mengarah pada unek-unek tersebut.
Dengan menggunakan drama, hal-hal yang memungkinkan menjadi keuntungan yaitu:
1.         Dengan menggunakan media drama, kita tidak perlu berpanas ria dan berbasah-basahan, karena drama selalu dipentaskan di tempat yang teduh, baik di dalam maupun di luar ruangan.
2.         Tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengeluarkan pendapat, karena dari elemen pertunjukan, memungkinkan semuanya dapat berbicara, tidak hanya satu orang, seperti aksi unjuk rasa di jalanan.
3.         Dalam pengungkapan ekspresi, kita dapat lebih leluasa dan lebih terkonsep, dan jika dikemas dengan ide yang lebih baik memungkinkan kalau apa yang nantinya dipertunjukkan, dapat menimbulkan rasa terngiang-ngiang pada masyarakat yang menonton pertunjukan tersebut.
4.         Jika unjuk rasa yang ditunjukkan dengan cara aksi turun jalan dibandingkan dengan unjuk rasa yang ditunjukkan cara pementasan drama atau tearer, akan jauh lebih menguntungkan unjuk rasa dengan cara pementasan drama atau teater, selain hal tersebut menjadi sarana yang cerdas dan unik, juga cara tersebut dapat menghasilkan penghasilan berupa uang dengan keuntungan yang diperoleh dari tiket menonton.
5.         Dengan pertunjukan drama, kita dapat mengundang tokoh yang sekiranya berpengaruh besar kepada masyarakat. Tidak usah mengajak bicara secara langsung, hanya biarkanlah mereka menikmati pertunjukan dan menghayati apa yang dipertunjukkan.
Kemungkinan-kemungkinan yang telah saya uraikan di atas, juga dapat dimungkinkan akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan lain yang positif, yang dapat mendukung jika drama atau teater dijadikan sebagai sarana untuk penyampaian aspirasi dan unek-unek yang unik, yang cerdas dan menguntungkan.
Memang sudah tidak asing lagi drama sebagai sarana pengungkapan ekspresi rakyat. Akan tetapi, jika cara ini dilakukan oleh semua kalangan masyarakat modern Indonesia, maka lagi-lagi muncul kemungkinan, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas dan tidak primitif dalam mengkritisi suatu peristiwa, sebab saya memandang, unjuk rasa dengan cara turun ke jalan raya adalah cara yang  primitif.
Dari dulu hingga sekarang, telah banyak pergeseran fungsi dari seni pertunjukan atau drama atau teater, dari mulai fungsinya sebagai sarana upacara persembahan dewa-dewa, hingga menjadi sarana dakwah, dan sekarang menjadi alat atau sarana atau media penyampai aspirasi masyarakat. Pada masa sekarang, drama akan menjadi sebuah jawaban yang tepat jika untuk mengatasi permasalahan unjuk rasa yang disampaikan dengan cara yang primitif. Drama akan mengubah sesuatu yang primitif itu menjadi sesuatu yang indah, berkesan, tertata rapi, dan terkonsep.

Sumber referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar