Drama
Sebagai Media Cerdas Penyampai Aspirasi Masyarakat Modern
Drama menurut etimologi
merupakan bahasa Yunani (draomai) yang berarti berbuat, bertindak. Secara
definitif, drama diartikan sebagai suatu karya sastra tulis, yang berbentuk
dialog-dialog dan dengan maksud untuk dipertunjukkan melalui pementasan oleh
aktor. Drama sendiri memiliki beberapa jenis dalam penyajian kisah, yaitu drama
komedi, drama tragedi, drama tragedi komedi, opera, melo drama, farce, tablo,
dan sendra tari.
Dalam perjalannya drama
mengalami berbagai pergeseran peran. Drama memang sudah sangat lama sekali
berkembang di masyarakat. Di Yunani pada abad kelima sebelum masehi, dahulu
drama digunakan sebagai upacara persembahan untuk dewa-dewa. Tak hanya di
Yunani, di Indonesia pun dahulu menggunakan drama sebagai bagian dari
upacara-upacara adat untuk memberikan persembahan kepada nenek moyang pada
abad-abad jaman Hindu-Budha. Bergeser pada jaman Islam, ternyata seni
pertunjukan tidak terganggu eksistensinya oleh kedatangan Islam di Tanah Air.
Seni pertunjukan malah menjadi sarana, untuk mengumpulkan massa dan
menyampaikan dakwah-dakwah keislaman. Kemudian pada jaman penjajahan, atau
jaman kemerdekaan, dari perannya sebagai media penyampaian dakwah, menjadi
media untuk propaganda masyarakat dalam melakukan pergerakan-pergerakan
perlawanan kepada penjajah. Lalu pada masa sesudah kemerdekaan hingga sekarang,
seni pertunjukan khususnya drama sudah banyak mengalami perubahan fungsi, yang
dahulunya merupakan sarana untuk persembahan kepada dewa-dewa, kemudian media
dakwah keislaman, dan propaganda, sekarang pada era globalisasi sudah sangat
bebas dalam menggunakan fungsi dari seni pertunjukan, khususnya drama itu
sendiri.
Dari
pergeseran-pergeseran fungsi drama, sangatlah menarik jika drama dimanfaatkan
sebagai media yang cerdas untuk menyampaikan aspirasi di jaman yang modern ini.
Telah kita ketahui, akhir-akhir ini banyak aksi-aksi masyarakat yang turun ke
jalanan, pawai, demi untuk menunjukkan rasa ketidak puasan mereka dengan
keadaan yang mereka terima dari pemerintah. Dari berbagai usia, dan dari berbagai
kalangan masyarakat, ada yang dari elemen buruh, organisasi masyarakat,
mahasiswa, dan dari elemen-elemen yang lain. Mereka memandang bahwa cara dengan
cara mengumpulkan massa yang banyak akan lebih efektif dan lebih cepat didengar
oleh pemerintah. Saya berpandangan bahwa cara yang dilakukan tersebut memanglah
kuno, saya berpikir, untuk mengkritisi pemerintah atau mengeluarkan sebuah
unek-unek yang menunjukkan kritik-kritik kepada pemerintah, tidak harus
mengumpulkan massa yang begitu banyaknya hingga menimbulkan masalah lain, tidak
perlu repot-repot turun ke jalan, menahan terik matahari dan dinginnya hujan.
Cara tersebut adalah dengan berdrama. Bukan hanya menunjukkan secuil aksi
teatrikal yang dapat diartikan tak ada fungsi dan nilai seninya (menurut
subjektifitas saya) pada saat berunjuk rasa, akan tetapi sesuatu yang
benar-benar teatrikal, dikonsep sedemikian rupa hingga terbentuk suatu ide
pertunjukan dimana substansinya mengarah pada unek-unek tersebut.
Dengan menggunakan
drama, hal-hal yang memungkinkan menjadi keuntungan yaitu:
1.
Dengan menggunakan media drama, kita
tidak perlu berpanas ria dan berbasah-basahan, karena drama selalu dipentaskan
di tempat yang teduh, baik di dalam maupun di luar ruangan.
2.
Tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra
untuk mengeluarkan pendapat, karena dari elemen pertunjukan, memungkinkan
semuanya dapat berbicara, tidak hanya satu orang, seperti aksi unjuk rasa di
jalanan.
3.
Dalam pengungkapan ekspresi, kita dapat
lebih leluasa dan lebih terkonsep, dan jika dikemas dengan ide yang lebih baik
memungkinkan kalau apa yang nantinya dipertunjukkan, dapat menimbulkan rasa
terngiang-ngiang pada masyarakat yang menonton pertunjukan tersebut.
4.
Jika unjuk rasa yang ditunjukkan dengan
cara aksi turun jalan dibandingkan dengan unjuk rasa yang ditunjukkan cara
pementasan drama atau tearer, akan jauh lebih menguntungkan unjuk rasa dengan
cara pementasan drama atau teater, selain hal tersebut menjadi sarana yang
cerdas dan unik, juga cara tersebut dapat menghasilkan penghasilan berupa uang dengan
keuntungan yang diperoleh dari tiket menonton.
5.
Dengan pertunjukan drama, kita dapat
mengundang tokoh yang sekiranya berpengaruh besar kepada masyarakat. Tidak usah
mengajak bicara secara langsung, hanya biarkanlah mereka menikmati pertunjukan
dan menghayati apa yang dipertunjukkan.
Kemungkinan-kemungkinan
yang telah saya uraikan di atas, juga dapat dimungkinkan akan menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan lain yang positif, yang dapat mendukung jika drama atau
teater dijadikan sebagai sarana untuk penyampaian aspirasi dan unek-unek yang
unik, yang cerdas dan menguntungkan.
Memang sudah tidak
asing lagi drama sebagai sarana pengungkapan ekspresi rakyat. Akan tetapi, jika
cara ini dilakukan oleh semua kalangan masyarakat modern Indonesia, maka
lagi-lagi muncul kemungkinan, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang
cerdas dan tidak primitif dalam mengkritisi suatu peristiwa, sebab saya
memandang, unjuk rasa dengan cara turun ke jalan raya adalah cara yang primitif.
Dari dulu hingga
sekarang, telah banyak pergeseran fungsi dari seni pertunjukan atau drama atau
teater, dari mulai fungsinya sebagai sarana upacara persembahan dewa-dewa,
hingga menjadi sarana dakwah, dan sekarang menjadi alat atau sarana atau media
penyampai aspirasi masyarakat. Pada masa sekarang, drama akan menjadi sebuah
jawaban yang tepat jika untuk mengatasi permasalahan unjuk rasa yang
disampaikan dengan cara yang primitif. Drama akan mengubah sesuatu yang
primitif itu menjadi sesuatu yang indah, berkesan, tertata rapi, dan terkonsep.
Sumber
referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar