Senin, 13 Maret 2017

Penjelasan Serat Kidungan



Sesuai dengan namanya, Naskah Kidungan ini berisi kumpulan-kumpulan kidung. Kidung-kidung yang ada di dalam naskah tersebut hanya berupa tembang macapat Dhandhanggula sebanyak 24 pada. Naskah ini ditulis oleh Sastro Pratomo. Di dalam naskah tidak disebutkan siapakah penulis dan kapan penulisan dimulai, karena halaman pertama setelah cover/sub cover langsung dituliskan tembang-tembangnya hingga pada ke-24 di halaman terakhir, halaman 26.
Berikut adalah petikan dari beberapa tembang (kidung) dari serat Kidungan
1.      Ana kidung rumeksa ing wengi * Teguh ayu luputa ing lara * Luputa bilahi kabeh * Jim setan datan purun * Paneluhan tan ana wani * Miwah panggawe ala * Gunaning wong luput * Geni atemahan tirta * Maling adoh tan ana ngarah ing mami * guna duduk pan sirna (halaman 1-2)
2.      Sakehing lara pan samya bali * Sakehing mapan sami mirunda * Welas asih pandulune * Sakehing braja luput * Kadi kapuk tibaning wesi * Sakehing wisa tawa * Satu krodha tutut * kayu aeng lemah sangar * Songing landhak guwane wong lemah miring * Myang pakiponing merak (halaman 2-3)
3.      Pepayone kembang dhukut langit * tali maruta kumendhung tawang * dahat tan katon wujude * ara jegunung sewu * jala dara ing lulur mami * ngreksa ratri myang rina * mangadhanging mungsuh * anulik panggawe ala * lara roga tan papak samya sumingkir * luput guna wisaya (halaman 14)
4.      Den arani somah ing panyari * nilahening araning juk gesang * duk mati layang sukmane * duk ingsun aneng gunung * ngalih aran sang asmaraning * wayah tumekeng tuwa * emut ibunipun * ki panjari lunga tan * ki arta tinurut gigiring marapi * angancik ing sundara (hal. 15-16)
5.      Kirun saka ing tengen nenggani * wana kirun tunggu saka kiwa * sarwi amukthi gadane * anulak satru mungsuh * guna wisa sayaning janmi * ningkirna ingkang tebah * aywa saka dulu * temah asih dadi gadang * peperakan gagandhengan pan cinandhi * arang sekar jempina. (hal. 24-25)
6.      Sipat kayun sipate wong urip * urip iku sajatining iman * upama srengenge pine * nrangi jagad sadarum * tanggal pisan tur nama sidi * pajar soroting surya * lir kang condra welu * upamane kang sarira * remang – remang suluring jati ngamasi * kusangrap ing pandengan. (hal. 25-26)
Setelah diteliti lebih mendalam lagi dengan bersumber dari internet, serat Kidungan tersebut merupakan karya dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Serat ini mengandung pengetahuan pemujian atau pengetahuan perdukunan yang diambil dari daya kekuatan gaib. Serat ini bisa menjadi kepercayaan orang banyak, bahwa hanya dengan disimpan dan dibaca saja, sudah dapat memberi daya untuk keselamatan dan dapat dipakai sebagai penangkal penyakit.
Serat ini juga menjelaskan kebenaran ilmu gaib dengan daya kewibawaannya, serta perincian cara-cara pelaksanaannya. Tetapi selalu ditutup-tutupi dengan kiasan sindiran yang sangat tebal selubungnya. Jika hanyadibaca sepintas saja tidak akan mengerti dan memahami makna sebenarnya. Memahami dan mencocokkan dengan ilmu pengetahuan, akan terlihat bahwa terdapat ajaran yang menerangkan asal usul manusia dan daya kekuatan gaib. Jadi kebenaran ajaran ini membawa kekuatan. Jika pelaksanaannya dilakukan sesuai petunjuk, nantinya akan terdapat keselarasan dengan tata pergaulan hidup masyarakat yang menggunakan ilmu pengetahuan.

PENGERTIAN DRAMA



Dalam karya sastra, karya  sastra terbagi atas dua jenis atau bentuk, yaitu karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra fiksi merupakan karya sastra yang dibuat oleh seorang penulis untuk menciptakan dunia khayalan pada pikiran pembaca, atau dapat dikatakan karya sastra fiksi ini adalah karya sastra khayalan atau tidak nyata walaupun wujud karya sastranya ada, akan tetapi yang ditekankan adalah isinya. Sedangkan karya sastra nonfiksi ini merupakan kebalikan dari karya sasta fiksi, yaitu karya sastra yang diciptakan oleh seorang penulis untuk memberikan sebuah informasi kepada pembaca melalui tulisannya yang telah melalui tahap validasi terhadap sumbernya. Kemudian, dari masing-masing jenis atau bentuk karya sastra masih terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Karya sastra fiksi terbagi atas prosa, puisi, dan drama. Sedangkan karya sastra nonfiksi di antaranya adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra. Pada kesempatan ini, kami akan menitik beratkan penjelasan mengenai drama dan isinya.
Berikut ini adalah pengertian drama menurut para ahli:
1.    Drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang disajikan dalam dialog atau pantomim, suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sebagai suatu cerita yang diperuntukkan untuk dipentaskan di panggung dramatik. (Benhart)
2.    Drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniru gerak pembicaraan  perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita-cerita tertentu. (Wood dan Attfield)
3.    Drama merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur intrinsik, satu kesatuan karya itu membentuk kesatuan atau totalitas. (Erwan Juhara)
4.    Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang dipentaskan. (Seni Handayani dan Wildan)
5.    Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan pertikaian/konflik dan emosi lewat adegan dan dialog. (Wahono dan Rusmiyanto)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian drama adalah sebuah karya sastra yang dibuat oleh penulis dalam wujud tulisan atau karya sastra tulis dengan memiliki tujuan dipentaskan dalam sebuah panggung pertunjukan.
Terlepas dari pengertian di atas, drama juga memiliki struktur. Sebelum memulai menulis sebuah naskah drama, atau juga dapat kita sebut dengan skenario drama, perlulah seorang penulis naskah atau skenario drama untuk mengerti dan memahami struktur dari sebuah drama itu sendiri. Menurut Herman J. Waluyo, struktur naskah drama meliputi:
a.       Plot/alur
Plot atau kerangka cerita, yaitu jalinan cerita atau kerangka cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan.
b.      Penokohan
Penokohan erat hubungnnya dengan perwatakan. Penokohan merupakn susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selajutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda.
c.       Dialog/percakapan
Ciri khas naskah drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dialog dalam naskah drama berupa ragam bahasa yang komunikatif sebagai tiruan bahasa sehari-hari bukan ragam bahasa tulis.
d.      Setting (tempat, waktu, suasana)
Setting disebut juga latar cerita, yaitu penggambaran waktu, tempat dan suasana terjadinya sebuah cerita.
e.       Tema (dasar cerita)
Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam drama. Tema dikembangkan melalui tokoh-tokoh antagonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan konflik di antara keduanya.
f.       Amanat atau pesan pengarang
Sadar atau tidak sadar pengarang naskah drama pasti menyampaikan sebuah pesan tertentu dalam karyanya. Pesan itu dapat tersirat dan tersurat. Pembaca yang jeli akan mampu mencari pesan yang terkandung dalam naskah drama. Pesan dapat disampaikan melalui percakapan antartokoh atau perilaku setiap tokoh.
g.      Petunjuk teknis/teks samping
Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau teks samping yang sangat diperlukan apabila naskah drama itu dipentaskan. Petunjuk samping itu berguna untuk petunjuk teknis tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, musik, keluar masuk tokoh, keras lemahnya dialog, warna suara dan sebagainya.

Struktur naskah drama menurut Herman J. Waluyo di atas antara lain plot/laur, penokohan, dialog/percakapan, setting (tempat, waktu dan suasana), tema (dasar cerita), amanat (pesan pengarang), dan petunjuk teknis/teks samping.
Menurut Muhammad Rofiuddin, sistematika atau alur sebuah pertunjukan drama yaitu ada beberapa tahap:
1.      Pengenalan naskah
Tahap ini dilakukan setelah naskah drama sudah selesai dari tahap perbaikan dan pengesahan dari penulis dengan mengadakan diskusi bersama calon pemeran dan pihak-pihak yang terkait dengan pertunjukan pentas drama.
2.      Pemilihan tokoh
Pemilihan tokoh dilakukan seusai calon pemeran diberikan pengenalan terhadap naskah yang akan dipentaskan dengan memberinya skenario terlebih dahulu.
3.      Penataan tokoh dalam panggung
Langkah ini dilakukan setelah tokoh sudah terpilih. Penataan ini ketika tokoh yang memerankan memasuki area panggung. Biasanya penataan tokoh ini diatur oleh sutradara.
4.      Evaluasi
Dilakukan saat pemeran tokoh sudah mulai lancar dalam penggunaan tata panggung. Evaluasi diarahkan oleh sutradara, diberitahu kesalahan-kesalahan pemeran kemudian untuk diperbaiki.
5.      Pementasan
Dilakukan saat sudah benar-benar mantap dalam tata panggung yang kemudian dipertunjukkan di hadapan khalayak ramai dengan segala aspek pendukung pertunjukan.

ANALISIS SERAT JAYENGBAYA



Serat Jayengbaya merupakan serat karangan R.Ng. ranggawarsita yang ditulis pada waktu beliau masih menjabat sebagai matri carik Kadipaten Anom dengan nama dan sebutan Mas Ngabehi Sarataka antara tahun 1822 sampai dengan tanggal 13 Juni 1830. Serat ini merupakan karangan beliau yang pertama sewaktu berusia antara 20 sampai 28 tahun. Beliau meninggal pada tanggal 24 Desember 1873 dalam usia 71 tahun.
Syair-syair yang terangkai di kidung ini menceritakan mengenai perjalanan hidup Jayengbaya yang penuh dengan suka duka. Dalam Kidung ini Jayengbaya menceritakan betapa  susahnya menjalani hidup di dunia yang fana ini, dimana hati harus tetap waspada terhadap segala cobaan. Dalam perjalanan hidupnya Jayengbaya seringkali berganti-ganti pekerjaan demi menjaga kelangsungan hidupnya. Di setiap pekerjaan dia mendapat pengalaman dan hikmah tersendiri yang akhirnya dapat menjadi pegangan untuk menjalani hidup selanjutnya.
Seperti pada saat menjadi makelar kuda. Ketika ia telah mendapatkan untung yang banyak ia lantas pesta pora dan menghambur-hamburkan uangnya sampai lupa diri. Menurut Jayengbaya hidu adalah pilihan. Pilihan untuk menjadi baik ataupun buruk. Apapun kesusahan yang melanda kita hendaknya tidak boleh mudah berputus asa. Sama juga ketika kita sedang mendapat kenikmatan, hal tersebut juga merupakan cobaan agar lantas kita tidak lupa diri karena pasti akan berakibat fatal.
Di serat tersebut diceritakan bahwa pada suatu saat Jayengbaya mencapai titik keputusasaan dan kebingungan dalam dirinya. Dia bingung mencari pegangan hidup akibat dari usahanya yang selalu gagal dalam menekuni sebuah pekerjaan. Bahkan ia merasa dirinya sendiri adalah orang yang hina dan pantas untuk hidup terlunta-lunta di jalan.
Kemudian muncul keinginannya untuk mati. Namun apabila ia mati begitu saja, ia akan lebih menjadi orang yang tidak berguna. Dan ia menyadari sebagai orang memiliki hasrat bertahan ia lebih memilih untuk bertahan hidup terlunta-lunta daripada mati tanpa meninggalkan manfaat. Karena ia yakin bahwa impian akan cita-cita itu tidaklah mustahil.






Berikut adalah jenis-jenis pekerjaan yang telah dicoba oleh Jayengbaya dalam Analisis Serat Jayengbaya
No.
Jenis Pekerjaan
Kelebihan
Kekurangan
1
Calo Kuda
1. Dapat bebas menunggang kuda (pada 2)
2. Bila ada Bangsawan yang hendak membeli kuda, ia dapat mengambil keuntungan lebih. (pada 5)
3. Dengan keuntungan lebih, seorang calo kuda dapat berpesta pora (foya-foya). (pada 6)
1.    Bila mendapati kuda yang memiliki kebiasaan buruk maka akan mendapat celaka, seperti jatuh dari tunggangan dan didepak kepalany hingga pecah atau luka parah. (pada 7)
2.    Jika bukan keturunan pelatih kuda atau jika tidak memiliki keterampilan khusus dalam melatih kuda maka akan kerepotan. (pada 8)
2
Niyaga (penabuh gamelan)
1. Apabila pada bulan baik maka banyak tawaran pekerjaan (menabuh gamelan) yang datang. (pada 9)
2. Jika waktunya pentas tiba, apalagi seorang pimpinan niyaga maka kedatangannya diiringi oleh bawahannya, dijemput, dan disambut dengan hormat oleh yang punya kerja. (pada 10)
3. Bisa sedikit sombong  dan berfoya-foya. (pada 11-14)
1.    Jika tidak menguasai gendhing maka akan kerepotan ketika ada yang meminta gendhing yang belum diketahui niyaga. Akibatnya bisa kena marah sampai dilempari botol minuman hingga luka-luka. (pada 16-17)
2.    Uang hasil menabuh hanya cukup untuk sekali hidup saja. (pada 18)
3
Penari Topeng
1. Ketika menjadi penari topeng tangguh dan telah terkenal maka banyak yang menyukai dan memberi hadiah, dapat pula makan banyak. (pada 19-20)
2. Kebutuhan uang tercukupi seketika juga. (pada 20)
1.    Belum sempat beristirahat sudah banyak yang wanita yang mengerumuni hendak memijat seperti kebiasaan para bangsawan, tetapi hal tersebut menjadikan was-was. (pada 21)
2.    Terkadang ketida sedang menari mendapat celaka seperti terkena perabot tari hingga terluka. (pada 22)
3.    Ketika menari  ada pula yang tidak suka karena memalukan. (pada 23-24)
4
Dhalang Wayang
1. Menjadi buah bibir dimana-mana (terkenal) karena fasih bercerita wayang. (pada 26)
1.    Kurang tidur. (pada 27)
2.    Ketika mendhalang dengan kondisi mengantuk maka  yang menonton menjadi tidak senang hatinya hingga kena amuk. Seperti kelir yang dilempari kotoran (tinja) hingga malunya tidak karuan. (pada 27-28)
5
Tukang Judi
1. Bisa berkeliyuran, tidak perlu repot memikirkan penampilan. (pada 30-31)
2. Apabila nasib sedang baik (menang) maka lebih baik berhenti sebelum berhutang, agar tidak miskin lagi. (pada 32)
3. Bila menang maka senanglah hati, dan dapat digunakan untuk bersenang-senang serta memerintah orang lain dengan uang. (pada 33-34)
1.    Penjudi jika terdesak akan berhutang tanpa dikembalikan, menipu, dan berbuat curang. (pada 35)
2.    Jika ketahuan curang maka lawan berjudi akan marah, hingga dipukuli dan ditelanjangi. (pada 36)
3.    Jika sudah ketahuan curang maka sudah tidak ada lagi yang hormat dan percaya. (pada 37)
4.    menjudi tidak dapat disebut sebagai pekerjaan, karena banyak keburukannya. (pada 38)
6
Pengedar narkoba / apiun
1. Cepat kaya (pada 39). Bila berbuat baik kepada tetangga maka tidak akan ketahuan oleh mata-mata.
1.    Jika tidak beruntung akan masuk penjara. (pada 40)
7
Penjahit
1. Banyak pelanggan bila tepat janji dalam menyelesaikan jahitannya.
2. Mendapatkan sisa bahan untuk dimanfaatkan kembali (pada 43).
1.    Terkadang tidak cukup untuk nafkah jika ada orang yang hanya minta tolong dijahitkan (pada 45).
2.    Jika tidak dapat menyelesaikan jahitan tepat pada waktunya akan kena marah (pada 47).
8
Jaruman/ congkong
1. Bila berhasil akan mendapat banyak hadiah (pada 49-151).
2. Mendapat keuntungan, salah satunya jika hendak meminjam uang kesanalah tempatnya, dan tidak apa jika tidak dikembalikan (pada 52).
1.     Bila ketahuan berbohong/ menipu akan mendapat hinaan tanpa henti dimana-mana, serta perlakuan yang tidak menyenangkan (pada 53-55).
9
Pengacara
1. Mendapat keuntungan jika banyak perkara (pada 57).
2. Asal pandai berbicara dan berargumen akan ada harapan untuk menang (pada 59)
1.    Dipukuli dengan penthung jika kalah dengan lawannya (pada 61).
10
Maling
1. Bila mendapat hasil akan hidup enak (pada 63).
1.    Bila ketahuan akan ditangkap dan masuk penjara (pada 64).
11
Jaksa
1. Punya pangkat dan disegani orang.
2. Jika ada orang memiliki perkara, maka ia tiap hari akan datang membawa sesuatu untuk jaksa. (pada 66)
3. Pekerjaan yang baik bila berbudi baik, jujur, dan sungguh-sungguh (pada 69).
1.    Ibarat pohon yang tidak lekas berbuah, jika keputusan tidak segera dibuat maka akan diburu-buru, dan kena ancaman (pada 67).
2.    Jika mati sebelum semua perkara teratasi maka harta dan jabatan akan diturunkan untuk menutupi perkara yang belum diselesaikan (pada 68).
12
Hamba Belanda/ buruh Belanda
1. Pekerjaannya hanya menggosok barang.
2. Upahnya setiap pekan.
3. Mendapat bekas kasut, celana, serta kemeja.
4. Jika tuannya sedang pergi berjaga, dapat berselingkuh dengan istrinya. (pada 71-72)
1.    Bila tiba –tiba tuannya datang, ketahuan berselingkuh maka akan kena marah dan pukul  (pada 73).
13
Pelayan ledhek/ tayub (penyanyi)
1. Kerjanya tidak berat (pada 74).
1.    Bila sang kekasih ledhek (yg lain) datang dan saling berkelahi bisa mendapat bahaya hingga kena pedang ataupun keris sampai mati seketika (pada 76-77).
14
Orang gila
1. Mengambil ini itu tidak ada yang menegur; tidak perlu mengeluarkan uang makan, dan bebas berulah kesana-kemari (pada 78-79).
1.    Celaka bila ada polisi yang merazia, akan masuk penjara dan tidak ada yang membela seperti matinya hewan (pada 80).
15
Pengangguran
1. Bersantai dirumah tidak ada yang mengganggu (pada 81).
1.    Tidak enak ketika istri membangunkan, cerewet dan minta belanja (pada 83).
2.    Tak tahu malu, merasa bersalah (pada 84-85).
16
Duda
1. Tidak ada yang menggangu, bebas bersenang-senang, dan main pelacur (pada 86).
1.    Bila sakit tidak ada yang merawat (pada 86).
2.    Menjadi sasaran jika berzina dengan istri saudara dan teman hingga kena pukul (pada 87).
17
Bermadu (poligami)
1. Enak jika dipandang, serta pantas bagi orang yang serba tercukupi (pada 88).
2. Bisa kerumah istri tua lantas ke rumah istri muda (pada 88).
3. Menjadi rebutan (pada 91).
4. Jika beristrikan bangsawan kebanyakan setia. (pada 92).
1.    Tidak bisa adil kepada kedua istrinya akan menjadi hina (pada 90).
2.    Membuat malu orang ibaratnya seperti itik (pada 91).
3.    Jika orang biasa kawin dengan anak bangsawan dan nasibnya tidak baik akan disuruh-suruh, tidak mau diajak susah (pada 93-96).
18
Kawin Tandak
1. Bisa mengumbar pesona dimana-mana dan hidup serba tercukupi (kesenangan duniawi) (pada 99-103).
1.    Menderita penyakit kotor (pada 109).
2.    Menderita cacat, selalu diejek. Jika penyakit kambuh serba repot dan tidak enak dilihat (pada 111).
3.    Jika mati tidak ada yang peduli, hanya burung gagak yang menanti bangkainya (pada 114).
19
Kerasukan setan
1. Tidak keluar uang, jika punya hutang tidak ada yang berani menagih (pada 115).
1.    Jika setan yang masuk ke badan membawa ke kayanagn maka hanya akan bertemu bangsa lelembut bila sadar hanya akan ketakutan tanpa ada yang menolong (pada 116-117).
20
Pandhe besi
1. Bila sedang dalam kekurangan, akan mendapatkan upah menyepuh, cangkul dan sabit orang desa (pada 111).
1.    Apabila terkena api saat menempa, dan besi yang rapuh ketika dipalu maka akan kena luka parah (pada 112-123).
21
Penjual Keranda
1. Apabila sedang terjadi wabah besar banyak barang yang laku (pada 124).
2. Bahannya tidak sulit didapatkan, membuatnya cukup asal-asalan saja asal kuat namun harga jualnya tinggi (pada 125).
3. Bisa dijadikan jalan beramal untuk akhirat, bila ada orang mati namun kekurangan uang maka keranda diberikan cuma-cuma saja (pada 129-130).
1.    Celakanya saat wabah sudah lewat banyak keranda yang tidak laku hingga merugi (pada 125-128).
22
Guru
1. Dihormati dan disegani (pada 132).
2. Saat sedang kekurangan dapat memanfaatkan murid-muridnya dengan berkeliling datang kerumahnya (pada 134).
3. Mendapatkan bingkisan dari murid-muridnya ketika meminta restu (pada 135).
1.    Apabila mendapati murid yang pandai takut bila rahasianya terbongkar (bukan guru sungguhan) hingga dimaki dan dipukuli (pada 137-138).
23
Guru kebal
1. Ditakuti sebagian orang (pada 141).
1.    Ditangkap polisi dan dibuang ke negara lain karena dianggap pemberontak (pada 143-144).
24
Dukun
1. Setiap hari ada yang datang untuk meminta pertolongan sehingga upah selalu ada.
2. Mendapati banyak keuntungan jika berhasil menyembuhkan (pada 146-147).
1.    Karena tidak memiliki kemahiran, bila salah perhitungan akan mendapat celaka (pada 148-152).
25
Buruh
1. Mustahil akan mendapat malu (pada 154).
1.    Jauh dari keluarga (pada 154).
26
Saudagar
1. Jika barang cepat laku akan semakin kaya (pada 155-156).
2. Terkenal sampai lain tempat, dikunjungi dan dibantu oleh sanak keluarga (pada 156).
1.    Jika sedang dalam kondisi tidak berada banyak orang menjauh (pada 158).
27
Pengembara/ pengelana
1. Jika berhasil akan menjadi jutawan (pada 159).
1.    Jika sial dianggap pencuri, belum berhasil sudah masuk penjara (pada 160).
28
Petani
1. Jika bersungguh-sungguh mendapat kemurahan oleh kepala desa (pada 161).
1.    Jika tidak tahan menggarap sawah akan merasa kepanasan ketika menggarap sawah (pada 163).
29
Pandai Emas
1. Jika mendapat garapan berupa emas yang murni (pada 163).
2. Menerima upah dan dapat menguntit sedikit emas milik orang lain (pada 164).
1.    Jika mendapat garapan emas yang bercampur perak (pada 163).
2.    Bisa kena tipu ketika yang datang adalah emas hasil curian bisa digiring ke penjara (pada 166-167).
30
Santri
1. Memperoleh makanan dari tetangga, diundang kemana-mana, mendapat uang salawat dan zakat fitrah (pada 170-172).
1.    Jika sedang laris hingga suara serak, adapula kejelekan lain yaitu bila tidak ahli mengaji dan sembahyang (pada 173).
2.    Jika berkewajiban menunggu jenasah (duda tanpa keluarga) takut bila jenazah hidup kembali (pada 174).
31
Pengemis
1. Tidak bekerja mendapat gaji (pada 176).
1.    Bila hujan tak dapat meminta-minta, kelaparan hingga mati tanpa ada yang peduli (pada 176-177).
32
Prajurit
1. Tiap hari bersuka ria tanpa sedih, lama-kelamaan naik pangkat menjadi letnan lantas disegani seperti mayor jendral (pada 178-179).
1.    Takut apabila ada perang besar jika tidak memiliki kesaktian (pada 180-181).
2.    Mendapat penghormatan tetapo tidak dapat makan minum (pada 182).
33
Algojo
1. Dipandang seperti pahlawan, berkuasa (pada 183-184).
1.    Jika tidak kuat dan tidak tahan darah (membunuh) akan terbawa mimpi hingga ketakutan (pada 184-185).
34
Nirbita (perwira)
1. Mejadi sosok yang pemberani dan kuat (pada 186).
2. Jika berprilaku baik dan taat maka akan hilanglah segala sifat pembangkang (pada 187).
3. Menjadi pembela (pada 188).
1.    Harus bermodalkan keberanian jika tidak akan hina (pada 191).
35
Bentara
1. Diberi wewenang menyita segala barang (pada 193).
2. Hanya bermodalkan pintar bersilat lidah saja (pada 194-195).
1.    Dianggap hamba yang cacat apabila tidak dapat melaksanakan tugasnya (pada 198-199).
2.    Jika mendapat sial akan dicengkram harimau (pada 201).
36
Pawang Gajah
1. Bagaikan Baladewa (pada 203).
2. Berwenang memungut biaya sepanjang jalan untuk makan gajah (pada 204).
1.    Apabila gajah asuhannya marah akan kena celaka hingga ditikam (pada 204-405).
37
Serageni (tentara)
1. Jika berjaga malam tidak sulit karena bisa membolos berjaga (pada 207).
1.    Bila kurang waspada, meletus mesiunya hingga mengenai diri sendiri (pada 210-211).
38
Juru Tulis
1. Mudah jika bermodalkan bisa menulis saja (pada 212).
1.    Jika tidak teliti dan pandai menulis maka tidak akan dipakai lagi (pada 213-214).
39
Penumpang pekarangan
1. Tidak perlu was-was menghitung keutamaan (tidak perlu banyak keahlian) yang penting hanya berbuat baik dan sopan (pada 215).
1.    Disamakan dengan binatang, kadang menjadi satu dengan kandangnya (pada 218).
2.    Menjadi sasaran kesalahan (pada 220).
40
Peragak (lurah)
1. Dihormati bawahan .
2. dibawakan rejeki/ bingkisan (pada 221).
1.    Jika tidak dapat mengayomi (memomong) bawahan akan terhina, dipermalukan (pada 225).          
41
Pedagang
1. Dapat bersombong ria dengan kekayaannya (pada 226).
1.    Jika sedang sial, dijalan kena begal dirampas semua hartanya dan dipukuli mati dijalan tidak ada yang menolong (pada 229).
42
Pengusaha pegadaian
1. Tinggal menghitung bunga saja, tidak usah takut tidak bayar kembali karena sudah memegang jaminan barangnya (pada 231).
1.    Berselisih pendapat ketika sudah jatuh tempo, dikatai jika orang pegadaian menolong tetapi mementhung, serta mendapat ancaman bahaya (pada 232).
43
Blanthik Keris
1. Bila pembeli berkenan membeli, akan mendapatkan keuntungan sesuka hati, dipercaya sanak saudara (pada 234).
1.    Sialnya bila ketahuan menjualkan keris curian akan masuk penjara (pada 235).
44
Memondok
1. Tidak ikut bertanggung jawab membangun rumah, bila bocor cukup pindah saja, tidak mengeluarkan ongkos (pada 237).
1.    Ruginya bila ketahuan berlama-lama akan diusir (pada 238).
45
Anjing
1. Jika mendapat belas kasihan akan diasuh, dibawa bertamasya (pada 241-242).
1.    Jika ada anak nakal akan kena pukul (pada 242).
2.    Bila menggangu sang majikan akan kena pukul bahkan menjadi makanan harimau (pada 243-244).
46
Tuhan
1. Memiliki hamba, malaikat, menguasai jagad semuanya (pada 246).
1.    Tanpa waktu, tanpa tempat tinggal (pada 247).
47
Disambar petir
1. Matinya hanya sekali, tidak banyak sekarat (pada 247-248).
1.    Sialnya jika tidak sempat berpesan kepada anak cucu hingga bangkai tidak ditemui tau-tau sudah dimakan ulat (pada 249).

Secara garis besar serat ini merupakan keluh kesah dari seorang Jayengbaya yang merasa setiap usahanya selalu mengalami kegagalan. Menjadikan setiap harinya adalah kegelapan dan kebingungan. Namun demikian dalam serat ini terkandung sebuah harapan untuk tetap berjuang mencapai keberhasilan dalam hidup. Manusia harus sabar dan tidak boleh menyerah dengan keadaan, harus percaya bahwa angan-angan ataupun impian yang indah bukan merupakan hal yang mustahil. Dalam keadaan apapun, manusia tetap dapat bergembira dalam hidupnya. Pun dalam keadaan bergembira manusia tidak boleh sampai lupa diri dan selalu ingan kepada Tuhan jika ingin selamat dan bahagia hidup di dunia yang fana ini.