Serat Jayengbaya merupakan serat karangan
R.Ng. ranggawarsita yang ditulis pada waktu beliau masih menjabat sebagai matri
carik Kadipaten Anom dengan nama dan sebutan Mas Ngabehi Sarataka antara tahun
1822 sampai dengan tanggal 13 Juni 1830. Serat ini merupakan karangan beliau
yang pertama sewaktu berusia antara 20 sampai 28 tahun. Beliau meninggal pada
tanggal 24 Desember 1873 dalam usia 71 tahun.
Syair-syair yang terangkai di
kidung ini menceritakan mengenai perjalanan hidup Jayengbaya yang penuh dengan
suka duka. Dalam Kidung ini Jayengbaya menceritakan betapa susahnya menjalani hidup di dunia yang fana
ini, dimana hati harus tetap waspada terhadap segala cobaan. Dalam perjalanan
hidupnya Jayengbaya seringkali berganti-ganti pekerjaan demi menjaga
kelangsungan hidupnya. Di setiap pekerjaan dia mendapat pengalaman dan hikmah
tersendiri yang akhirnya dapat menjadi pegangan untuk menjalani hidup
selanjutnya.
Seperti
pada saat menjadi makelar kuda. Ketika ia telah mendapatkan untung yang banyak ia
lantas pesta pora dan menghambur-hamburkan uangnya sampai lupa diri. Menurut
Jayengbaya hidu adalah pilihan. Pilihan untuk menjadi baik ataupun buruk.
Apapun kesusahan yang melanda kita hendaknya tidak boleh mudah berputus asa.
Sama juga ketika kita sedang mendapat kenikmatan, hal tersebut juga merupakan
cobaan agar lantas kita tidak lupa diri karena pasti akan berakibat fatal.
Di serat
tersebut diceritakan bahwa pada suatu saat Jayengbaya mencapai titik
keputusasaan dan kebingungan dalam dirinya. Dia bingung mencari pegangan hidup
akibat dari usahanya yang selalu gagal dalam menekuni sebuah pekerjaan. Bahkan
ia merasa dirinya sendiri adalah orang yang hina dan pantas untuk hidup
terlunta-lunta di jalan.
Kemudian
muncul keinginannya untuk mati. Namun apabila ia mati begitu saja, ia akan
lebih menjadi orang yang tidak berguna. Dan ia menyadari sebagai orang memiliki
hasrat bertahan ia lebih memilih untuk bertahan hidup terlunta-lunta daripada
mati tanpa meninggalkan manfaat. Karena ia yakin bahwa impian akan cita-cita
itu tidaklah mustahil.
Berikut adalah jenis-jenis pekerjaan
yang telah dicoba oleh Jayengbaya dalam Analisis Serat Jayengbaya
No.
|
Jenis Pekerjaan
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
1
|
Calo
Kuda
|
1. Dapat
bebas menunggang kuda (pada 2)
2. Bila
ada Bangsawan yang hendak membeli kuda, ia dapat mengambil keuntungan lebih. (pada 5)
3. Dengan
keuntungan lebih, seorang calo kuda dapat berpesta pora (foya-foya). (pada 6)
|
1. Bila
mendapati kuda yang memiliki kebiasaan buruk maka akan mendapat celaka,
seperti jatuh dari tunggangan dan didepak kepalany hingga pecah atau luka
parah. (pada 7)
2. Jika
bukan keturunan pelatih kuda atau jika tidak memiliki keterampilan khusus
dalam melatih kuda maka akan kerepotan. (pada
8)
|
2
|
Niyaga
(penabuh gamelan)
|
1. Apabila
pada bulan baik maka banyak tawaran pekerjaan (menabuh gamelan) yang datang. (pada 9)
2. Jika
waktunya pentas tiba, apalagi seorang pimpinan niyaga maka kedatangannya diiringi oleh bawahannya, dijemput, dan
disambut dengan hormat oleh yang punya kerja. (pada 10)
3. Bisa
sedikit sombong dan berfoya-foya. (pada 11-14)
|
1. Jika
tidak menguasai gendhing
maka akan kerepotan ketika ada yang meminta gendhing yang belum diketahui niyaga. Akibatnya bisa kena marah
sampai dilempari botol minuman hingga luka-luka. (pada 16-17)
2. Uang
hasil menabuh hanya cukup untuk sekali hidup saja. (pada 18)
|
3
|
Penari
Topeng
|
1. Ketika
menjadi penari topeng tangguh dan telah terkenal maka banyak yang menyukai
dan memberi hadiah, dapat pula makan banyak. (pada 19-20)
2. Kebutuhan
uang tercukupi seketika juga. (pada 20)
|
1. Belum
sempat beristirahat sudah banyak yang wanita yang mengerumuni hendak memijat
seperti kebiasaan para bangsawan, tetapi hal tersebut menjadikan was-was. (pada 21)
2. Terkadang
ketida sedang menari mendapat celaka seperti terkena perabot tari hingga
terluka. (pada 22)
3. Ketika
menari ada pula yang tidak suka karena
memalukan. (pada 23-24)
|
4
|
Dhalang
Wayang
|
1. Menjadi
buah bibir dimana-mana (terkenal) karena fasih bercerita wayang. (pada 26)
|
1. Kurang
tidur. (pada 27)
2. Ketika
mendhalang dengan kondisi mengantuk maka
yang menonton menjadi tidak senang hatinya hingga kena amuk. Seperti kelir yang dilempari kotoran (tinja)
hingga malunya tidak karuan. (pada
27-28)
|
5
|
Tukang
Judi
|
1. Bisa
berkeliyuran, tidak perlu repot memikirkan penampilan. (pada 30-31)
2. Apabila
nasib sedang baik (menang) maka lebih baik berhenti sebelum
berhutang, agar tidak miskin lagi. (pada
32)
3. Bila
menang maka senanglah hati, dan dapat digunakan untuk bersenang-senang serta
memerintah orang lain dengan uang. (pada
33-34)
|
1. Penjudi
jika terdesak akan berhutang tanpa dikembalikan, menipu, dan berbuat curang. (pada 35)
2. Jika
ketahuan curang maka lawan berjudi akan marah, hingga dipukuli dan
ditelanjangi. (pada 36)
3. Jika
sudah ketahuan curang maka sudah tidak ada lagi yang hormat dan percaya. (pada 37)
4. menjudi
tidak dapat disebut sebagai pekerjaan, karena banyak keburukannya. (pada 38)
|
6
|
Pengedar narkoba / apiun
|
1. Cepat
kaya (pada 39). Bila berbuat baik
kepada tetangga maka tidak akan ketahuan oleh mata-mata.
|
1. Jika
tidak beruntung akan masuk penjara. (pada
40)
|
7
|
Penjahit
|
1. Banyak
pelanggan bila tepat janji dalam menyelesaikan jahitannya.
2. Mendapatkan
sisa bahan untuk dimanfaatkan kembali (pada
43).
|
1. Terkadang
tidak cukup untuk nafkah jika ada orang yang hanya minta tolong dijahitkan (pada 45).
2. Jika
tidak dapat menyelesaikan jahitan tepat pada waktunya akan kena marah (pada 47).
|
8
|
Jaruman/
congkong
|
1. Bila
berhasil akan mendapat banyak hadiah (pada
49-151).
2. Mendapat
keuntungan, salah satunya jika hendak meminjam uang kesanalah tempatnya, dan
tidak apa jika tidak dikembalikan (pada
52).
|
1. Bila ketahuan berbohong/ menipu akan
mendapat hinaan tanpa henti dimana-mana, serta perlakuan yang tidak
menyenangkan (pada 53-55).
|
9
|
Pengacara
|
1. Mendapat
keuntungan jika banyak perkara (pada
57).
2. Asal
pandai berbicara dan berargumen akan ada harapan untuk menang (pada 59)
|
1. Dipukuli
dengan penthung jika kalah dengan lawannya (pada 61).
|
10
|
Maling
|
1. Bila
mendapat hasil akan hidup enak (pada
63).
|
1. Bila
ketahuan akan ditangkap dan masuk penjara (pada
64).
|
11
|
Jaksa
|
1. Punya
pangkat dan disegani orang.
2. Jika
ada orang memiliki perkara, maka ia tiap hari akan datang membawa sesuatu
untuk jaksa. (pada 66)
3. Pekerjaan
yang baik bila berbudi baik, jujur, dan sungguh-sungguh (pada 69).
|
1. Ibarat
pohon yang tidak lekas berbuah, jika keputusan tidak segera dibuat maka akan
diburu-buru, dan kena ancaman (pada
67).
2. Jika
mati sebelum semua perkara teratasi maka harta dan jabatan akan diturunkan
untuk menutupi perkara yang belum diselesaikan (pada 68).
|
12
|
Hamba
Belanda/ buruh Belanda
|
1. Pekerjaannya
hanya menggosok barang.
2. Upahnya
setiap pekan.
3. Mendapat
bekas kasut, celana, serta kemeja.
4. Jika
tuannya sedang pergi berjaga, dapat berselingkuh dengan istrinya. (pada 71-72)
|
1. Bila
tiba –tiba tuannya datang, ketahuan berselingkuh maka akan kena marah dan
pukul (pada 73).
|
13
|
Pelayan
ledhek/ tayub (penyanyi)
|
1. Kerjanya
tidak berat (pada 74).
|
1. Bila
sang kekasih ledhek (yg lain) datang dan saling berkelahi bisa mendapat
bahaya hingga kena pedang ataupun keris sampai mati seketika (pada 76-77).
|
14
|
Orang
gila
|
1. Mengambil
ini itu tidak ada yang menegur; tidak perlu mengeluarkan uang makan, dan
bebas berulah kesana-kemari (pada
78-79).
|
1. Celaka
bila ada polisi yang merazia, akan masuk penjara dan tidak ada yang membela
seperti matinya hewan (pada 80).
|
15
|
Pengangguran
|
1. Bersantai
dirumah tidak ada yang mengganggu (pada
81).
|
1. Tidak
enak ketika istri membangunkan, cerewet dan minta belanja (pada 83).
2. Tak
tahu malu, merasa bersalah (pada
84-85).
|
16
|
Duda
|
1. Tidak
ada yang menggangu, bebas bersenang-senang, dan main pelacur (pada 86).
|
1. Bila
sakit tidak ada yang merawat (pada 86).
2. Menjadi
sasaran jika berzina dengan istri saudara dan teman hingga kena pukul (pada 87).
|
17
|
Bermadu
(poligami)
|
1. Enak
jika dipandang, serta pantas bagi orang yang serba tercukupi (pada 88).
2. Bisa
kerumah istri tua lantas ke rumah istri muda (pada 88).
3. Menjadi
rebutan (pada 91).
4. Jika
beristrikan bangsawan kebanyakan setia. (pada
92).
|
1. Tidak
bisa adil kepada kedua istrinya akan menjadi hina (pada 90).
2. Membuat
malu orang ibaratnya seperti itik (pada
91).
3. Jika
orang biasa kawin dengan anak bangsawan dan nasibnya tidak baik akan
disuruh-suruh, tidak mau diajak susah (pada
93-96).
|
18
|
Kawin
Tandak
|
1. Bisa
mengumbar pesona dimana-mana dan hidup serba tercukupi (kesenangan duniawi) (pada 99-103).
|
1. Menderita
penyakit kotor (pada 109).
2. Menderita
cacat, selalu diejek. Jika penyakit kambuh serba repot dan tidak enak dilihat
(pada 111).
3. Jika
mati tidak ada yang peduli, hanya burung gagak yang menanti bangkainya (pada 114).
|
19
|
Kerasukan
setan
|
1. Tidak
keluar uang, jika punya hutang tidak ada yang berani menagih (pada 115).
|
1. Jika
setan yang masuk ke badan membawa ke kayanagn maka hanya akan bertemu bangsa
lelembut bila sadar hanya akan ketakutan tanpa ada yang menolong (pada 116-117).
|
20
|
Pandhe
besi
|
1. Bila
sedang dalam kekurangan, akan mendapatkan upah menyepuh, cangkul dan sabit
orang desa (pada 111).
|
1. Apabila
terkena api saat menempa, dan besi yang rapuh ketika dipalu maka akan kena
luka parah (pada 112-123).
|
21
|
Penjual
Keranda
|
1. Apabila
sedang terjadi wabah besar banyak barang yang laku (pada 124).
2. Bahannya
tidak sulit didapatkan, membuatnya cukup asal-asalan saja asal kuat namun
harga jualnya tinggi (pada 125).
3. Bisa
dijadikan jalan beramal untuk akhirat, bila ada orang mati namun kekurangan
uang maka keranda diberikan cuma-cuma saja (pada 129-130).
|
1. Celakanya
saat wabah sudah lewat banyak keranda yang tidak laku hingga merugi (pada 125-128).
|
22
|
Guru
|
1. Dihormati
dan disegani (pada 132).
2. Saat
sedang kekurangan dapat memanfaatkan murid-muridnya dengan berkeliling datang
kerumahnya (pada 134).
3. Mendapatkan
bingkisan dari murid-muridnya ketika meminta restu (pada 135).
|
1. Apabila
mendapati murid yang pandai takut bila rahasianya terbongkar (bukan guru
sungguhan) hingga dimaki dan dipukuli (pada
137-138).
|
23
|
Guru
kebal
|
1. Ditakuti
sebagian orang (pada 141).
|
1. Ditangkap
polisi dan dibuang ke negara lain karena dianggap pemberontak (pada 143-144).
|
24
|
Dukun
|
1. Setiap
hari ada yang datang untuk meminta pertolongan sehingga upah selalu ada.
2. Mendapati
banyak keuntungan jika berhasil menyembuhkan (pada 146-147).
|
1. Karena
tidak memiliki kemahiran, bila salah perhitungan akan mendapat celaka (pada 148-152).
|
25
|
Buruh
|
1. Mustahil
akan mendapat malu (pada 154).
|
1. Jauh
dari keluarga (pada 154).
|
26
|
Saudagar
|
1. Jika
barang cepat laku akan semakin kaya (pada
155-156).
2. Terkenal
sampai lain tempat, dikunjungi dan dibantu oleh sanak keluarga (pada 156).
|
1. Jika
sedang dalam kondisi tidak berada banyak orang menjauh (pada 158).
|
27
|
Pengembara/
pengelana
|
1. Jika
berhasil akan menjadi jutawan (pada
159).
|
1. Jika
sial dianggap pencuri, belum berhasil sudah masuk penjara (pada 160).
|
28
|
Petani
|
1. Jika
bersungguh-sungguh mendapat kemurahan oleh kepala desa (pada 161).
|
1. Jika
tidak tahan menggarap sawah akan merasa kepanasan ketika menggarap sawah (pada 163).
|
29
|
Pandai
Emas
|
1. Jika
mendapat garapan berupa emas yang murni (pada
163).
2. Menerima
upah dan dapat menguntit sedikit emas milik orang lain (pada 164).
|
1. Jika
mendapat garapan emas yang bercampur perak (pada 163).
2. Bisa
kena tipu ketika yang datang adalah emas hasil curian bisa digiring ke
penjara (pada 166-167).
|
30
|
Santri
|
1. Memperoleh
makanan dari tetangga, diundang kemana-mana, mendapat uang salawat dan zakat
fitrah (pada 170-172).
|
1. Jika
sedang laris hingga suara serak, adapula kejelekan lain yaitu bila tidak ahli
mengaji dan sembahyang (pada 173).
2. Jika
berkewajiban menunggu jenasah (duda tanpa keluarga) takut bila jenazah hidup
kembali (pada 174).
|
31
|
Pengemis
|
1. Tidak
bekerja mendapat gaji (pada 176).
|
1. Bila
hujan tak dapat meminta-minta, kelaparan hingga mati tanpa ada yang peduli (pada 176-177).
|
32
|
Prajurit
|
1. Tiap
hari bersuka ria tanpa sedih, lama-kelamaan naik pangkat menjadi letnan
lantas disegani seperti mayor jendral (pada
178-179).
|
1. Takut
apabila ada perang besar jika tidak memiliki kesaktian (pada 180-181).
2. Mendapat
penghormatan tetapo tidak dapat makan minum (pada 182).
|
33
|
Algojo
|
1. Dipandang
seperti pahlawan, berkuasa (pada
183-184).
|
1. Jika
tidak kuat dan tidak tahan darah (membunuh) akan terbawa mimpi hingga
ketakutan (pada 184-185).
|
34
|
Nirbita
(perwira)
|
1. Mejadi
sosok yang pemberani dan kuat (pada
186).
2. Jika
berprilaku baik dan taat maka akan hilanglah segala sifat pembangkang (pada 187).
3. Menjadi
pembela (pada 188).
|
1. Harus
bermodalkan keberanian jika tidak akan hina (pada 191).
|
35
|
Bentara
|
1. Diberi
wewenang menyita segala barang (pada
193).
2. Hanya
bermodalkan pintar bersilat lidah saja (pada
194-195).
|
1. Dianggap
hamba yang cacat apabila tidak dapat melaksanakan tugasnya (pada 198-199).
2. Jika
mendapat sial akan dicengkram harimau (pada
201).
|
36
|
Pawang
Gajah
|
1. Bagaikan
Baladewa (pada 203).
2. Berwenang
memungut biaya sepanjang jalan untuk makan gajah (pada 204).
|
1. Apabila
gajah asuhannya marah akan kena celaka hingga ditikam (pada 204-405).
|
37
|
Serageni
(tentara)
|
1. Jika
berjaga malam tidak sulit karena bisa membolos berjaga (pada 207).
|
1. Bila
kurang waspada, meletus mesiunya hingga mengenai diri sendiri (pada 210-211).
|
38
|
Juru
Tulis
|
1. Mudah
jika bermodalkan bisa menulis saja (pada
212).
|
1. Jika
tidak teliti dan pandai menulis maka tidak akan dipakai lagi (pada 213-214).
|
39
|
Penumpang
pekarangan
|
1. Tidak
perlu was-was menghitung keutamaan (tidak perlu banyak keahlian) yang penting
hanya berbuat baik dan sopan (pada
215).
|
1. Disamakan
dengan binatang, kadang menjadi satu dengan kandangnya (pada 218).
2. Menjadi
sasaran kesalahan (pada 220).
|
40
|
Peragak
(lurah)
|
1. Dihormati
bawahan .
2. dibawakan rejeki/ bingkisan (pada 221).
|
1. Jika
tidak dapat mengayomi (memomong) bawahan
akan terhina, dipermalukan (pada 225).
|
41
|
Pedagang
|
1. Dapat
bersombong ria dengan kekayaannya (pada
226).
|
1. Jika
sedang sial, dijalan kena begal dirampas semua hartanya dan dipukuli mati
dijalan tidak ada yang menolong (pada
229).
|
42
|
Pengusaha
pegadaian
|
1. Tinggal
menghitung bunga saja, tidak usah takut tidak bayar kembali karena sudah
memegang jaminan barangnya (pada 231).
|
1. Berselisih
pendapat ketika sudah jatuh tempo, dikatai jika orang pegadaian menolong
tetapi mementhung, serta mendapat ancaman bahaya (pada 232).
|
43
|
Blanthik
Keris
|
1. Bila
pembeli berkenan membeli, akan mendapatkan keuntungan sesuka hati, dipercaya
sanak saudara (pada 234).
|
1. Sialnya
bila ketahuan menjualkan keris curian akan masuk penjara (pada 235).
|
44
|
Memondok
|
1. Tidak
ikut bertanggung jawab membangun rumah, bila bocor cukup pindah saja, tidak
mengeluarkan ongkos (pada 237).
|
1. Ruginya
bila ketahuan berlama-lama akan diusir (pada
238).
|
45
|
Anjing
|
1. Jika
mendapat belas kasihan akan diasuh, dibawa bertamasya (pada 241-242).
|
1. Jika
ada anak nakal akan kena pukul (pada
242).
2. Bila
menggangu sang majikan akan kena pukul bahkan menjadi makanan harimau (pada 243-244).
|
46
|
Tuhan
|
1. Tanpa
waktu, tanpa tempat tinggal (pada 247).
|
|
47
|
Disambar
petir
|
1. Matinya
hanya sekali, tidak banyak sekarat (pada
247-248).
|
1. Sialnya
jika tidak sempat berpesan kepada anak cucu hingga bangkai tidak ditemui
tau-tau sudah dimakan ulat (pada 249).
|
Secara
garis besar serat ini merupakan keluh kesah dari
seorang Jayengbaya yang merasa setiap usahanya selalu mengalami kegagalan.
Menjadikan setiap harinya adalah kegelapan dan kebingungan. Namun demikian
dalam serat ini terkandung sebuah
harapan untuk tetap berjuang mencapai keberhasilan dalam hidup. Manusia harus
sabar dan tidak boleh menyerah dengan keadaan, harus percaya bahwa angan-angan
ataupun impian yang indah bukan merupakan hal yang mustahil. Dalam keadaan
apapun, manusia tetap dapat bergembira dalam hidupnya. Pun dalam keadaan
bergembira manusia tidak boleh sampai lupa diri dan selalu ingan kepada Tuhan
jika ingin selamat dan bahagia hidup di dunia yang fana ini.
Lembur nyampe jam segini dan ndelalah ketemu blog mu mas, nuwun mas udin. Aku sasda16 uns��
BalasHapus