Sabtu, 25 Februari 2017

PERIODESASI SASTRA JAWA



 Sejarah sastra Jawa sendiri dapat dikatakan melalui proses yang tidak sebentar. Selain proses yang terjadi lama, sastra Jawa juga mengalami pengaruh dari berbagai kebudayaan terutama dalam bidang agama. Kebudayaan dari  Hindu-Budha-Islam-Eropa dalam perkembangan sastra Jawa turut berperan besar bahkan corak ketiganya merupakan penyebab perubahan mahzab penulisan baik dari segi fisik dan isi dari sastra Jawa berdasarkan masa periodesasinya.
            Berikut uraian  berbagai pendapat mengenai perkembangan dan periodesasi sastra Jawa menurut beberapa ahli.

Menurut Zoetmulder P.J (1974:1983), dalam Kalangwan ia membagi dua Sastra Jawa:
Bagian pertama, berisi sejarah bahasa dan sastra jawa, sastra parwa, kitab uttarakanda, teknik persajakan sastra jawa kuna, penyair, sayir, puisi, dan lukisan alam dalam kakawin.
Bagian kedua, berisi bahasan karya-karya sastra jawa kuna.


Menurut Pigeaud sastra Jawa dibagi menjadi tiga klasifikasi besar, antara lain:
Periode pra islam
Periode ini dimulai sekitar abad 10, periode sastra pra-islam dapat dikatakan sebagai periose sastra Jawa kuna. Pada masa ini bahasa dan tulisan sansekerta merupakan media komunikasi tertulis yang mendominasi. Budaya India memiliki faktor yang besar dalam pengembangan sastra dan budaya di Jawa. Kebanyakan karya sastra yang dihasilkan merupakan saduran dari naskah India yang di bahasakan ulang atau modifikasi (akulturasi) budaya asli Indonesia dengan cerita dari India. Kebanyakan karya sastra jawa kuna ini ditemukan di daerah Jawa Tengah.

Contoh sastra Jawa kuna: 
Kitab Candha KaranaKakawin Ramayana karya empu Yogiswara, kitab Budha  Mahayana Sang Hyang Kamabayanikam, Kitab BrahmandapuranaSerat Mahabarata, uttarakanda, Adiparwa, Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohana-parwa, Kunjarakarna.

Periode Javano-Bali
Pada masa ini pusat kasusastraan Jawa berada di daerah Jawa Timur. Bahasa yang digunakan sudah bukan bahasa sansekerta, melainkan bahasa dan aksara jawa kuna yang memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan sansekerta. Namun cerita sudah bukan saduran dari India melainkan modifikasi, lebih tepatnya cerita dari India hanya sebagai inspirasi sedang dalam cerita jawa pertengahan merupakan cerita yang sudah disesuaikan dengan budaya Jawa.
Banyak karya sastra yang terkenal lahir pada masa ini. Namun, diakhir kejayaan Majapahit sastra Jawa kuna ikut menghilang seiring keruntuhan kerajaan Majapahit. Sastra Jawa kemudian dibawa dan dikembangkan di Bali.

Contoh sastra Jawa Pertengahan:
Kitab Arjuna WiwahaKakawin KresnayanaKakawin Sumanasantaka, Kakawin Smaradahana dan Kakawin BhomakawyaKakawin Bhatarayudha karya, Hariwangsa, dan GathotkacasrayaKakawin Wrettasancaya dan Lubdhaka k,Negara KertagamaKakawin Arjunawijaya dan Kitab Sutasoma, Kitab Nawaruci.

Era islam atau Jawa pesisir
Pada masa ini corak budaya islam sangat kental dan sangat berpengaruh dalam sejarah sastra jawa. Aksara kebanyakan digunakan aksara melayu lama (pegon) juga aksara jawa baru. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa jawa, cerita yang disajikan biasanya menyampaikann kebudayaan islam. Terdapat cerita yang mirip dengan periode sebelummnya, namun dimodifikasi atau dirubah sedemikian rupa untuk kepentingan budaya islam di Jawa.

Contoh sastra Jawa Baru:
Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, Serat Nitisruti, Serat Nitipraja, Serat Sewaka, Babad Demak, Sera Menak, Serat Rengganis, Serat Manik Maya, Serat Iskandar, Serat Yusuf, Babad Giyanti, Serat Surya Raja, Babad Keraton, dsb.


Renaissance sastra klasik
Ketika sastra pesisir mulai mengalami penurunan dan mulai ditinggalkan akibat melemahhnya pengaruh ekonomi dan dampak kemunculan Batavia. Sekitar abad 18-19, pusat kasusastraan kembali lagi pada kebudayaan Jawa yang berpusat di Keraton Kartasura, Surakarta , dan Yogyakarta. Bahasa dan aksara yang digunakan selain menggunakan jawa juga sudah mulai bersinggungan dengan budaya luar atau eropa. Bahkan pada perkembangannya sastra jawa didampingi aksara latin.
Pada masa ini budaya jawa sudah berkembang lebih luas dan berinteraksi dengan budaya luar atau eropa. Sehingga selain budaya sebelumnya budaya eropa turut meramaikan coraknya pada sastra jawa.
Contoh karya sastra :
Babad Dipenegoro I, Babad Diponegoro III, Bendhe Ki Becak, Serat Jatimurti, Serat Madurasa, Kasarasing batin, Wedharama Winardi,  dan artikel-artikel Ki Hajar Dewantara.


Menurut CC Beng sastra jawa dibagi menjadi :
Periode Sastra Jawa Kuna
            Dimulai pada sekitar abad 10 sastra Jawa mendapat tempat khusus dalam kerajaan. Sehingga apa yang ditulis atau disastrakan merupakanlah suatu hal yang besar dan dianggap penting.
Contoh karya sastra Jawa Kuna antara lain adalah parwa, kakawin, dan kitab-kitab :
   Mataram kuno masa Dyah Balitung: Kitab Candha KaranaKakawin Ramayanakarya empu Yogiswara 903 Masehi

   Kerajaan Medang: kitab Budha  Mahayana Sang Hyang Kamabayanikam, Kitab BrahmandapuranaSerat Mahabarata, uttarakanda, Adiparwa, Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohana-parwa, Kunjarakarna.

Periode Jawa Pertengahan
Contoh karya sastra Jawa Pertengahan seperti serat, antara lain:
   Kerajaan Kahuripan: Kitab Arjuna Wiwaha karya empu Karwa

   Kerajaan Kediri: Kakawin Kresnayana karya empu Triguna, Kakawin Sumanasantaka karya empu Monaguna.
   Masa Prabu: Kakawin Smaradahana dan Kakawin Bhomakawya karya empu Dharmaja
   Masa: Kakawin Bhatarayudha karya empu Sedah dan empu Panuluh, Hariwangsa, dan Gathotkacasraya karya empu Panuluh.
    Kerajaan Singosari: Kakawin Wrettasancaya dan Lubdhaka karya empu Tanakung.
   Kerajaan Majapahit: Negara Kertagama karya empu Prapanca, Kakawin Arjunawijaya dan Kitab Sutasoma karya empu Tantular, Kitab Nawaruci karya empu Siwamurti       

Periode sastra Jawa Baru
Pada periode ini sastra Jawa selain terkena pengaruh dari Hindu-Budha, juga mulai mendapat pengaruh dari Islam. Sehingga karya-karya yang dihasilkan merupakan akulturasi dari budaya sebelumnya dan budaya baru islam. Terkadang memiliki kisah lama namun dimodifikasi untuk kepentingan kebudayaan islam. Namun kebudayaan islam sangat ditekankan pada periode ini sehingga banyak ditemukan perbedaann yang mencolok karya sebelumnya dengan karya pada masa ini. Terutama pada segi aksara, pada masa sebelumnya aksara yang digunakan memiliki karakteristik bentuk dan fungsional yang cukup serupa. Namun, pada periode ini yang digunakan adalah aksara arab melayu lama dan aksara jawa. Dari segi isi, isi sangat disesuaikan dengan kepentingan penyebaran dan pendalamann kebudayaan islam.
Akan tetapi dalam periodesasi ini perkembangan sastra jawa tidak hanya berhenti sampai disini saja. Melainkan terus berkembang hingga saat ini sastra jawa masih terus berproduksi dan mulai mengalami pergantian aksara mulai abad 18-19 menjadi aksara latin akibat pengaruh dari eropa.
Contoh karya pada periodesasi ini, sebagai berikut:
Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, Serat Nitisruti, Serat Nitipraja, Serat Sewaka, Babad Demak, Sera Menak, Serat Rengganis, Serat Manik Maya, Serat Iskandar, Serat Yusuf, Babad Giyanti, Serat Surya Raja, Babad Keraton, dsb.


Menurut Kementrian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Indonesia. Membagi periodesasi berdasarkan kekuasaan raja Jawa, yang antara lain:
Zaman Hindu-Budha, mulai abad pertama masehi
Karya sastra zaman ini dibedakan menjadi dua :
   Tua yang berbahasa Sansekerta, misalnya prasasti Canggal dan Dieng
   Muda yang berbahasa Jawa Kuna, misalnya Mahabharata, Ramayana, Bhatarayuda

Zaman Majapahit, mulai abad pertama masehi
Karya kasusastraan ini masi berbahasa Jawa kuna. Misalnya Negarakertagama, Arjunawiwaha.

Zaman islam, abad ke 15
Karya sastra zaman in telah terpengaruh oleh budaya islam. Hasil karya sastranya, antara lain : suluk, babad, dan riwayat para nabi.

Zaman mataram, abad ke 17
Karya sastra zaman ini mengalami kemajuan pesat hingga berpengaruh ke tanah Pesundan, Banten, dan Madura. Hasil karyanya antara lain: Nitipraja, Panji Nagagina, dsb
Zaman sekarang, mulai akhir abad 19 sampai sekarang.
Karya zaman ini merupakan kelanjutan karya sastra zaman mataram. Hasil sastra telah terpengaruh kebudayaan barat, misalnya Parama Basa, Jiwandana, Serat Riyatna, dsb.


Menurut Poerbatjaraka R.M.Ng (1952),  kepustakaan jawi membagi tujuh bagian:
Kitab-kitab jawa kuna golongan tua
Kitab-kitab jawa kuna bentuk kakawin
Kitab-kitab jawa kuna golongan muda
Timbul bahasa jawa pertengahan
Kidung bahasa jawa pertengahan
Zaman islam
Zaman Surakarta awal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar