Sejarah sastra
Jawa sendiri dapat dikatakan melalui proses yang tidak sebentar. Selain proses
yang terjadi lama, sastra Jawa juga mengalami pengaruh dari berbagai kebudayaan
terutama dalam bidang agama. Kebudayaan dari Hindu-Budha-Islam-Eropa
dalam perkembangan sastra Jawa turut berperan besar bahkan corak ketiganya
merupakan penyebab perubahan mahzab penulisan baik dari segi fisik dan isi dari
sastra Jawa berdasarkan masa periodesasinya.
Berikut uraian berbagai pendapat mengenai perkembangan dan periodesasi
sastra Jawa menurut beberapa ahli.
Menurut
Zoetmulder P.J (1974:1983), dalam Kalangwan ia membagi dua Sastra Jawa:
Bagian pertama,
berisi sejarah bahasa dan sastra jawa, sastra parwa, kitab uttarakanda, teknik
persajakan sastra jawa kuna, penyair, sayir, puisi, dan lukisan alam dalam
kakawin.
Bagian kedua,
berisi bahasan karya-karya sastra jawa kuna.
Menurut
Pigeaud sastra Jawa dibagi menjadi tiga klasifikasi besar, antara lain:
Periode pra
islam
Periode ini
dimulai sekitar abad 10, periode sastra pra-islam dapat dikatakan sebagai
periose sastra Jawa kuna. Pada masa ini bahasa dan tulisan sansekerta merupakan
media komunikasi tertulis yang mendominasi. Budaya India memiliki faktor yang
besar dalam pengembangan sastra dan budaya di Jawa. Kebanyakan karya sastra
yang dihasilkan merupakan saduran dari naskah India yang di bahasakan ulang
atau modifikasi (akulturasi) budaya asli Indonesia dengan cerita dari India.
Kebanyakan karya sastra jawa kuna ini ditemukan di daerah Jawa Tengah.
Contoh sastra
Jawa kuna:
Kitab
Candha Karana, Kakawin Ramayana karya empu
Yogiswara, kitab Budha Mahayana Sang Hyang Kamabayanikam, Kitab
Brahmandapurana, Serat Mahabarata, uttarakanda, Adiparwa,
Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasaparwa,
Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohana-parwa, Kunjarakarna.
Periode
Javano-Bali
Pada masa ini
pusat kasusastraan Jawa berada di daerah Jawa Timur. Bahasa yang digunakan
sudah bukan bahasa sansekerta, melainkan bahasa dan aksara jawa kuna yang
memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan sansekerta. Namun cerita sudah
bukan saduran dari India melainkan modifikasi, lebih tepatnya cerita dari India
hanya sebagai inspirasi sedang dalam cerita jawa pertengahan merupakan cerita
yang sudah disesuaikan dengan budaya Jawa.
Banyak karya
sastra yang terkenal lahir pada masa ini. Namun, diakhir kejayaan Majapahit
sastra Jawa kuna ikut menghilang seiring keruntuhan kerajaan Majapahit. Sastra
Jawa kemudian dibawa dan dikembangkan di Bali.
Contoh sastra
Jawa Pertengahan:
Kitab
Arjuna Wiwaha, Kakawin Kresnayana, Kakawin
Sumanasantaka, Kakawin Smaradahana dan Kakawin Bhomakawya, Kakawin
Bhatarayudha karya, Hariwangsa, dan Gathotkacasraya, Kakawin
Wrettasancaya dan Lubdhaka k,Negara Kertagama, Kakawin
Arjunawijaya dan Kitab Sutasoma, Kitab Nawaruci.
Era islam atau
Jawa pesisir
Pada masa ini
corak budaya islam sangat kental dan sangat berpengaruh dalam sejarah sastra
jawa. Aksara kebanyakan digunakan aksara melayu lama (pegon) juga aksara jawa
baru. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa jawa, cerita yang disajikan
biasanya menyampaikann kebudayaan islam. Terdapat cerita yang mirip dengan
periode sebelummnya, namun dimodifikasi atau dirubah sedemikian rupa untuk
kepentingan budaya islam di Jawa.
Contoh sastra
Jawa Baru:
Suluk
Sukarsa, Suluk Wujil, Serat Nitisruti, Serat Nitipraja, Serat Sewaka, Babad
Demak, Sera Menak, Serat Rengganis, Serat Manik Maya, Serat Iskandar, Serat
Yusuf, Babad Giyanti, Serat Surya Raja, Babad Keraton, dsb.
Renaissance
sastra klasik
Ketika sastra
pesisir mulai mengalami penurunan dan mulai ditinggalkan akibat melemahhnya
pengaruh ekonomi dan dampak kemunculan Batavia. Sekitar abad 18-19, pusat
kasusastraan kembali lagi pada kebudayaan Jawa yang berpusat di Keraton
Kartasura, Surakarta , dan Yogyakarta. Bahasa dan aksara yang digunakan selain
menggunakan jawa juga sudah mulai bersinggungan dengan budaya luar atau eropa.
Bahkan pada perkembangannya sastra jawa didampingi aksara latin.
Pada masa ini
budaya jawa sudah berkembang lebih luas dan berinteraksi dengan budaya luar
atau eropa. Sehingga selain budaya sebelumnya budaya eropa turut meramaikan
coraknya pada sastra jawa.
Contoh karya
sastra :
Babad
Dipenegoro I, Babad Diponegoro III, Bendhe Ki Becak, Serat Jatimurti, Serat
Madurasa, Kasarasing batin, Wedharama Winardi, dan artikel-artikel Ki
Hajar Dewantara.
Menurut CC
Beng sastra jawa dibagi menjadi :
Periode Sastra
Jawa Kuna
Dimulai pada sekitar abad 10 sastra Jawa mendapat tempat khusus dalam kerajaan.
Sehingga apa yang ditulis atau disastrakan merupakanlah suatu hal yang besar
dan dianggap penting.
Contoh karya
sastra Jawa Kuna antara lain adalah parwa, kakawin, dan kitab-kitab :
Mataram kuno masa Dyah Balitung: Kitab Candha Karana, Kakawin
Ramayanakarya empu Yogiswara 903 Masehi
Kerajaan Medang: kitab Budha Mahayana Sang Hyang Kamabayanikam,
Kitab Brahmandapurana, Serat Mahabarata, uttarakanda, Adiparwa,
Sabhaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasaparwa,
Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohana-parwa, Kunjarakarna.
Periode Jawa
Pertengahan
Contoh karya
sastra Jawa Pertengahan seperti serat, antara lain:
Kerajaan Kahuripan: Kitab Arjuna Wiwaha karya empu Karwa
Kerajaan Kediri: Kakawin Kresnayana karya empu Triguna, Kakawin
Sumanasantaka karya empu Monaguna.
Masa Prabu: Kakawin Smaradahana dan Kakawin Bhomakawya karya
empu Dharmaja
Masa: Kakawin Bhatarayudha karya empu Sedah dan empu Panuluh,
Hariwangsa, dan Gathotkacasraya karya empu Panuluh.
Kerajaan Singosari: Kakawin Wrettasancaya dan Lubdhaka karya
empu Tanakung.
Kerajaan Majapahit: Negara Kertagama karya empu
Prapanca, Kakawin Arjunawijaya dan Kitab
Sutasoma karya empu Tantular, Kitab Nawaruci karya
empu Siwamurti
Periode sastra
Jawa Baru
Pada periode ini
sastra Jawa selain terkena pengaruh dari Hindu-Budha, juga mulai mendapat
pengaruh dari Islam. Sehingga karya-karya yang dihasilkan merupakan akulturasi
dari budaya sebelumnya dan budaya baru islam. Terkadang memiliki kisah lama
namun dimodifikasi untuk kepentingan kebudayaan islam. Namun kebudayaan islam
sangat ditekankan pada periode ini sehingga banyak ditemukan perbedaann yang
mencolok karya sebelumnya dengan karya pada masa ini. Terutama pada segi aksara,
pada masa sebelumnya aksara yang digunakan memiliki karakteristik bentuk dan
fungsional yang cukup serupa. Namun, pada periode ini yang digunakan adalah
aksara arab melayu lama dan aksara jawa. Dari segi isi, isi sangat disesuaikan
dengan kepentingan penyebaran dan pendalamann kebudayaan islam.
Akan tetapi
dalam periodesasi ini perkembangan sastra jawa tidak hanya berhenti sampai
disini saja. Melainkan terus berkembang hingga saat ini sastra jawa masih terus
berproduksi dan mulai mengalami pergantian aksara mulai abad 18-19 menjadi
aksara latin akibat pengaruh dari eropa.
Contoh karya
pada periodesasi ini, sebagai berikut:
Suluk
Sukarsa, Suluk Wujil, Serat Nitisruti, Serat Nitipraja, Serat Sewaka, Babad
Demak, Sera Menak, Serat Rengganis, Serat Manik Maya, Serat Iskandar, Serat
Yusuf, Babad Giyanti, Serat Surya Raja, Babad Keraton, dsb.
Menurut
Kementrian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Indonesia. Membagi
periodesasi berdasarkan kekuasaan raja Jawa, yang antara lain:
Zaman
Hindu-Budha, mulai abad pertama masehi
Karya sastra
zaman ini dibedakan menjadi dua :
Tua
yang berbahasa Sansekerta, misalnya prasasti Canggal dan Dieng
Muda yang berbahasa Jawa Kuna, misalnya Mahabharata, Ramayana, Bhatarayuda
Zaman Majapahit,
mulai abad pertama masehi
Karya
kasusastraan ini masi berbahasa Jawa kuna. Misalnya Negarakertagama,
Arjunawiwaha.
Zaman islam,
abad ke 15
Karya sastra
zaman in telah terpengaruh oleh budaya islam. Hasil karya sastranya, antara
lain : suluk, babad, dan riwayat para nabi.
Zaman mataram,
abad ke 17
Karya sastra
zaman ini mengalami kemajuan pesat hingga berpengaruh ke tanah Pesundan,
Banten, dan Madura. Hasil karyanya antara lain: Nitipraja, Panji Nagagina, dsb
Zaman sekarang,
mulai akhir abad 19 sampai sekarang.
Karya zaman ini
merupakan kelanjutan karya sastra zaman mataram. Hasil sastra telah terpengaruh
kebudayaan barat, misalnya Parama Basa, Jiwandana, Serat Riyatna, dsb.
Menurut
Poerbatjaraka R.M.Ng (1952), kepustakaan jawi membagi tujuh bagian:
Kitab-kitab jawa
kuna golongan tua
Kitab-kitab jawa
kuna bentuk kakawin
Kitab-kitab jawa
kuna golongan muda
Timbul bahasa
jawa pertengahan
Kidung bahasa
jawa pertengahan
Zaman islam
Zaman Surakarta
awal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar