Sabtu, 25 Februari 2017

CANDI



Candi berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Seniman yang membuat candi disebut siplin.
  selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa : didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur.
- Candi Pintu Gerbang : didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu.
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa,  contohnya candi Jalatunda.
- Candi Vihara : didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari.
·         Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi  empat, ujur sangkar atau segi 20).
- Tubuh candi, Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung.
- Atap candi, berbentuk limas, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka.
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah-tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan Prambanan.
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia) yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran.  
Bangunan pura
  Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
  Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
Bangunan Puri
  Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb

Seni patung Hindu Budha
  Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb.
  Dalam agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
Seni hias Hindu Budha
  Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa. Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
  Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hiasan menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara,dll
Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
  Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu, Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok   Candi Plaosan. Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan   Budhisatwa di Candi Borobudur.
Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
·         Jaman Peralihan
    Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
·         Jaman Singasari
            Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
  Jaman Majapahit
            Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
            Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur :
  1. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata.
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping.
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak.
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi.
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan  sistem membelakangi.
Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim ada pula perwujudan manusia bisa.
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman
  Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental.
 Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
  belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh  menyerupai lidah api.
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat
  kepala.
Perbedaan hiasan candi
Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim
  bergaya Wayang (distorsi).
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
  sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji.
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim
  ada pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan.
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti
 motif awan dan batu karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar