Candi berasal dari kata
“Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi
selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal
contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Seniman yang membuat
candi disebut siplin.
— selain
itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa :
didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur.
- Candi Pintu Gerbang :
didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu.
- Candi Balai Kambang /
Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
- Candi Pertapaan:
didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda.
- Candi Vihara :
didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari.
·
Struktur
bangunan candi terdiri dari 3 bagian
Kaki candi adalah
bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur
sangkar atau segi 20).
- Tubuh candi, Terdapat
kamar – kamar tempat arca atau patung.
- Atap candi, berbentuk
limas, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka.
Bangunan candi ada yang
berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan
candi, yaitu:
Sistem Konsentris
(hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah-tengah anak –
anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan Prambanan.
- System membelakangi
(hasil kreasi asli Indonesia) yaitu induk candi berada di belakang anak – anak
candi, contohnya candi penataran.
Bangunan pura
— Pura
adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran yaitu:
-
Halaman depan terdapat balai pertemuan
-
Halaman tengah terdapat balai saji
-
Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
— Seluruh
bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu
/ bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
-
Pura agung, didirikan di komplek istana
-
Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
-
Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
-
Pura laut, didirikan di tepi pantai
Bangunan Puri
— Puri
adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan.
Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala
keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb
Seni patung
Hindu Budha
— Patung
dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya.
Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk
membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri),
misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan
kendaraanhya (wahana hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah
para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi)
dsb.
— Dalam
agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani
Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian,
yaitu:
-
Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
-
Diantara keningnya terdapat titik (urna)
-
Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
-
Terdapat juga kerutan di leher
-
Memakai jubah sanghati
Seni hias Hindu
Budha
— Bentuk
bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci
sebagai tempatnya para Dewa. Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai
dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk
azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
— Hiasan
Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur
bangunan candi, contohnya:
-
Hiasan mahkota pada atap candi
-
Hiasan menara sudut pada setiap candi
-
Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
-
Hiasan makara,dll
Kronologis
Sejarah Seni rupa Hindu Budha
— Seni
rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1)
Jaman Wangsa Sanjaya
Candi
– candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan
perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2)
Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan
candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu, Candi Borobudurm,
Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok Candi Plaosan. Seni
patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di
Candi Borobudur.
Seni rupa Jawa Hindu
periode Jawa Timur, terbagi atas:
·
Jaman
Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan
tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada
perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian
pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah
diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
·
Jaman
Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan
gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya:
candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya
Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung
singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya
patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
— Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh
lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang
terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi
Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan
gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan
tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan
khas Indonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung realistic dari
Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan China, contohnya patung
wajah Gajah Mada
Perbedaan Gaya Seni
Jawa Tengah Dengan Jawa Timur :
- Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat
dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata.
- Candi Jateng
bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping.
- Kaki candi Jateng
tidak berundak sedangkan di Jatim berundak.
- Atap candi Jateng
pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi.
- Kumpulan candi di
Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan sistem membelakangi.
Perbedaan pada seni
patungnya
- Patung – patung di
Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim ada pula
perwujudan manusia bisa.
- Seni patung Jateng
bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman
Singasari
bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental.
Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung
Jateng terdapat pada bagian
belakang kepala,
sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh menyerupai lidah api.
- Pakaian Raja / Dewa
pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian
batik, selendang dan ikat
kepala.
Perbedaan hiasan candi
Hiasan adegan cerita
pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim
bergaya Wayang
(distorsi).
- Adegan cerita pada
candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di
Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji.
- Motif hias pada candi
di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim
ada pula hias
asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan.
- Hiasan pada candi di
Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti
motif awan dan batu karang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar